Laman

Kamis, 14 Mei 2015

Guru SLB Harapkan Penyamaan Tunjangan

Tanjungpinang (ANTARA News) - Guru Sekolah Luar Biasa Tanjungpinang mengharapkan penyamaan tunjangan antara pendidik yang menerima dari pemerintah provinsi dengan penerima dari pemerintah kota.
  
"Kami mengharap disamakan. Selama ini terjadi kesenjangan antara tunjangan tenaga pendidik dari pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dengan tenaga pendidik yang berasal dari Pemkot Kota Tanjungpinang," kata Kepala Sekolah SLB Tanjungpinang Triasneli kepada Gubernur Kepri HM Sani yang berkunjung ke sekolahnya di Senggarang, Kamis.
   
Triasneli mengatakan, walaupun guru-guru mengabdi bukan demi tunjangan daerah, namun perbedaan tunjangan yang diterima guru-guru berpengaruh secara tidak langsung kepada proses belajar mengajar.
   
"Kami mohon kalau bisa disamakan tunjangannya, agar tidak terjadi ketimpangan," katanya.
   
Guru di SLB Tanjungpinang menurut dia berjumlah sebanyak 38 orang, 20 orang berasal dari Pemprov Kepri dan 13 orang berasal dari Pemkot Tanjungpinang, serta lima orang tenaga honor daerah dan honor sekolah.
   
Jumlah siswa SLB sebanyak 189 orang yang terdiri dari siswa tunarungu, tunanetra, penyandang autis, dan anak-anak cacat mental lain.
   
Gubernur Kepri langsung merespon dengan memerintahkan Wali Kota Tanjungpinang Suryatati A Manan dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepri untuk menyamakan tunjangan yang diperoleh guru SLB, agar guru lebih fokus dalaqm mendidik anak-anak yang memiliki kekurangan secara fisik maupun mental.
   
"Saya juga mengharapkan guru lebih bekerja keras dan sabar menghadapi anak-anak didik yang masing-masing punya kelebihan," kata Sani.
   
Gubernur mengatakan, selain memperhatikan kesejahteraan guru, pihaknya dalam waktu dekat akan menyerahkan bantuan mobil operasional dan alat musik angklung untuk siswa SLB Tanjungpinang.
   
Dalam kunjungan Gubernur Kepri tersebut juga ditampilkan berbagai kesenian yang dimainkan oleh siswa-siswi SLB Tanjungpinang yang membuat decak kagum tamu undangan dengan keterampilan anak-anak yang cacat secara fisik dan mental itu.
   
Bahkan, tari persembahan untuk menyambut tamu dibawakan anak-anak tunarungu, seolah-olah mereka mendengar musik pengiring dan bisa membawakannya dengan lugas.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar